It’s over. The bubble just popped. And the sound it makes, boy oh boy…
Lagi (khusus-nya di blogsphere) rame soal CBR250RR yang seperti-nya anti klimaks. Hanya karena 1 kalimat. Horse Power. Yah. HP yang beda tipis dengan R25 jadi kambing hitam. Sebenar-nya, hal ini tidak perlu dipersoalkan.
Ngomongin Power dan torsi IMHO sudah absurd. Performa mesin 250cc, mau 1 silinder, 2 silinder, teteup 11-22. Nggak beda-beda jauh banget. Tinggal gimana kondisi motor dan rider-nya saja.
Hype Power
Yesssir. Too much hype. nggak salah juga. Honda pengen CBR250RR kompetitif di kelas 250cc. Well, jujur, CBR250RR tuh keren. Upside down, banana swing arm, dashboard-nya. Looks cool.
Tapi ingat, pemilihan motor itu IMHO subjektif. Ada yang demen moge look, ada yang suka motor berkarakter torsi, macem-macem deh. Beli motor karena suka. Selera orang tentu beda-beda.
Better Approach
Kasihan orang kita, jadi korban marketing terus. fanboyism, black campaign. Not cool. Sekali lagi, ane mau mengatakan, semua motor itu ada plus minus-nya. Punya kelebihan dan kekurangan. Buat apa diributkan ? Ngapain terlalu fanatik sama brand ? Perbedaan itu biasa. Contoh-nya Yamaha R6 2016 2017, banyak yang suka dengan model-nya, tapi tidak sedikit yang tidak. It’s subjective.
Lebih baik kita, para konsumen, nggak usah ngelihat sisi marketing-nya. Toh marketing adalah seni bagaimana membuat konsumen tertarik dengan suatu produk. It’s a seducing art. Kalau motor sudah kebeli, that’s where the art ends.
So ? Lebih baik kita mempelajari motor yang mau kita pinang. Cari tahu seluk-beluknya. Kekurangan dan kelebihan-nya. Banding-banding-kan. Apa yang ente cari ketika membeli suatu motor. Mantap kan niat (dan tabungan), Bismillah, angkat !
Bhinneka Tunggal Ika. Motor berbeda-beda, yang penting riding bareng.
Last, ane mau mengutip quote temen ane.
“Motor tuh ga ada yg jelek. Yg ada penilaian orang”