Sudah hampir setahun saya menunggangi motor ini. Tak terasa odo sudah sekitar 16 ribu-an. Sudah cukup banyak suka duka-nya. Berikut review-nya.

Kenapa Milih CBR250R ?
Dulu, saya bimbang dengan 3 pilihan. Ninja 250R, R25, atau CBR250R. Personally, saya kurang yakin dengan R25. Secara dulu R25 baru keluar.

Dan setelah melihat langsung pas test ride, no offence, saya kurang begitu yakin dengan build quality-nya. Kurang sepadan untuk kelas motor “premium” (label yang perlu diperdebatkan).

Pilihan tinggal 2, Ninja atau CBR. Dan pilihan saya jatuhkan ke CBR250R. Kenapa ? Karena motor ini lebih enak untuk dipakai harian. Kencang-nya dapat, setidaknya lebih kencang dari kendaraan-kendaraan lain di jalan. Irit sudah pasti.

Diisi Pertamax Plus, konsumsi BBM CBR250R beda tipis dengan Thunder 125. Motor saya sebelumnya. Tapi dengan catatan nggak gila-gila-an bawa motor-nya. Kalau seruntulan abis ? Ya boros juga masbro. 😀

cbr250r_06

Kelebihan CBR250R
Honda memang terkenal membuat motor yang easy to ride dan hal ini betul-betul tercermin di CBR250R. Mulai dari handling. Motor ini mudah dibanting ke kiri dan ke kanan.

Saya merasa distribusi bobotnya yang hampir seimbang berkontribusi untuk hal ini. R25 memiliki karakter yang hampir mirip. Beda dengan Ninja 250 Fi yang lebih terasa berat di depan.

segitiga-gantungan-kunci

Handling CBR250R yang predictable terlihat ketika hard braking. Sudah cukup sering saya mengalami fish tailing gara-gara hard braking. Dan motor masih tetap bisa dikendalikan.

Pengalaman pakai ban bawaan IRC Road Winner sampai Michelin Pilot Street Radial, kurang lebih sama. Teteup terkendali walau adrenalin naik. 😀

Satu yang saya perhatikan dari stang-nya adalah, ada-nya semacam “fitur” mekanis “auto correction”. Jadi kalau stang agak-agak mendekati lurus, maka otomatis stang akan meluruskan sendiri. Itu pas masih pakai komstir bawaan, “fitur” ini hilang pas saya ganti pakai komstir bambu.

Motor ini kencang. Jelas tidak sekencang moge. Actually, jangan dibandingkan dengan moge. Karakter, torsi, dan handling moge beda jauh sekali dengan 250cc standard manapun. Back to topic, Karakter kencang CBR250R terasa pas dengan karakter lalu lintas di Jakarta.

Mesin Berkarakter Torsi
Torsi CBR250R terasa lembut. Tidak ingin dipaksa. Pengen-nya dirunut. Dan RPM 5000-6000 cukup mudah untuk didapat. Cukup sesuai dengan karakter lalu lintas di Jakarta yang padat dan jarak antar kendaraan yang tidak begitu jauh. Klop dengan torsi-nya. Tidak perlu bejek gas dalam-dalam untuk meluncur.

So ? Apakah Honda CBR250R bisa nempel moge ? Well, yes and no. Bisa sih nempel. Tapi yang berpengaruh banget itu berat badan rider-nya. Kalau berat badan rider kisaran 60-70 kg, atau bahkan lebih enteng, nggak begitu sulit. Buat saya yang berat-nya nyentuh 90kg, lumayan jadi PR… 🙁

Waktu riding bareng moge. Ngos-ngosan ! xD

Sweetspoot motor ini di kisaran 70 sampai 110 kmph. Kecepatan segitu cukup mudah diraih. Dan mesin tidak perlu berteriak. Untuk pemakaian sehari-hari, saya jarang menyentuh RPM 8000. 7000 RPM kebawah sudah cukup membawa saya kemana-mana.

Lagi-lagi karakter lalu lintas di Jakarta yang membatasi-nya. Macet dan sumpek. (Juga mumet). Lagipula, di RPM 7000-an, motor ini udah lari 120-an kmph.

cbr250r_02

Cukup Hemat BBM
Karakter mesin yang bertorsi, penggunaan harian yang jarang menyentuh RPM tinggi, dan mesin-nya yang 1 silinder, membuat motor ini relatif tidak banyak menyedot bbm.

Cukup dengan isi Pertamax 50rb (harga eceran tanggal ketika artikel ini terbit) sudah cukup untuk bolak-balik Jakarta-Puncak atau Jakarta-Taman Safari.

Saya typical pengendara that like to stay on the powerband. Saya rasa, faktor ini yang berperan besar.

Perawatan Dan Spareparts
Perawatan-nya juga cukup mudah. Sparepart fast moving cukup banyak alternatif-nya. Lampu belakang bisa pakai bohlam Thunder 125 yang merk Stanley.

Kampas rem bisa pakai merk Bendix, Fizzpower, Elig, TDR atau Goldfren.

Kampas dan per kopling bisa pakai TDR atau lain-nya. Yang penting yang berbahan keramik, jangan yang berbahan kevlar.

Filter oli harga-nya berkisar antara 8.500 sampai 15 ribu-an. Biaya service rutin di bengkel non-resmi bervariasi. Sudah termasuk bersihin injector.

Baca Juga:
Bengkel-Bengkel Khusus CB/CBR Di Jakarta

Ergonomi
Sudah jelas tubuh akan lebih condong kedepan ketika riding motor ini atau motor Kawasaki Ninja 250 atau Yamaha R25. Wajar sih.

Posisi agresif cenderung membuat kita lebih konsentrasi dan waspada dengan keadaan sekitar. Which is a good thing. Since you need to be fully aware when you ride above 100 kmph.

jilbab-merah-chibi

Dan ini alasan utama saya demen motor berjilbab. Posisi riding lebih agresif bikin mindset lebih fokus… well, at least for me…

Bersama MT25
Bersama MT25

Kenyamanan Berkendara
Saya pribadi melihat jok CBR250R masih agak lebih tebal dari Ninja 250 atau R25. Posisi boncenger juga relatif nggak begitu tinggi. Nggak begitu nyembul ke atas.

Saya belum pernah touring jauh menggunakan CBR250R, tapi muter-muter Jakarta-Depok-Bogor berjam-jam, tidak membuat (sorry) pantat saya lelah. Dan jok boncengan juga lebih lebar dan agak lebih tebal dari motor 250cc lain-nya (kecuali Suzuki Inazuma).

Suspensi Motor
Suspensi sudah pasti termasuk keras. Tapi nggak begitu keras. Ketika melewati jalan rusak, di settingan standard pabrik, rebound suspensi nggak begitu jauh. Well, this is a sport bike. What do you expect ?

Dibutuhkan settingan suspensi yang cukup keras untuk motor yang dengan mudah lari di atas 100 kmph. For stability of course. Settingan bawaan standard cukup pas untuk riding harian yang agak agresif. Like, in the middle. Nggak terlalu racy, nggak terlalu comfy.

Pakai Bahan Bakar Apa ?
BBM terbaik untuk motor ini adalah Total Performance 95 92. kedua, Pertamax Plus Total Performance 95. V-Power rasa-nya beda-beda tipis dengan Pertamax Plus. Tapi mesin terasa lebih panas. Torsi motor terasa padat apabila diisi RON 95.

Bila diiisi Pertamax, RPM lebih mudah naik. Tetapi torsi tidak terasa padat seperti RON 95. Nggak enaknya, mesin terasa lebih panas apabila diisi RON 92. Shell Super kurang saya rekomendasikan untuk motor ini. Karena mesin terasa paling panas.

Update.
Secara odomoter udah nyentuh 45 ribu-an kilo, saya merasa bbm yang enak untuk motor ini adalah Total Performance 95. Kata orang bengkel sih, gara-gara tumpukan karbon hasil pembakaran bikin kompresi jadi naik.

Indikator suhu CBR250R normal-nya selalu 3 bar. Walau di macet-macet parah, nggak pernah melewati 3 bar. Selama oli terjaga dan air radiator mencukupi.

cbr250r-redue

Nah, soal panas, desain fairing CBR250R mengalirkan panas mesin kearah sekitaran paha dan mata kaki.

Tapi kalau macet-nya parah di siang-siang bolong, panas akan cukup terasa di daerah bawah perut (you know where). Selain kondisi ekstrem tersebut, panas yang dirasa normal-normal saja (untuk motor 250cc).

cbr250r_05

Kekurangan Honda CBR250
Now, let’s talk about the cons. Motor ini termasuk kencang. Tapi seperti-nya Honda tidak mendesain Honda CBR250R untuk ngebut. Torsi yang melimpah sampai 7000-an RPM mulai terasa menurun di RPM 8000-an keatas.

Tidak heran, karena motor ini didesain sebagai commuting bike. Jadi, apabila anda ingin motor yang bisa dibawa ngebut, lebih baik anda mengambil high revving 2 silinder.

Kawasaki Ninja 250, Yamaha R25, atau tunggu saja GSX-250 atau Honda CBR250RR. Mengail kecepatan 120 kmph keatas di CBR250R agak lambat. This is not a high revving bike. Dan mungkin bobot saya yang berat turut berkontribusi. 🙁

honda-cbr250r

Lumayan Hemat BBM
Motor ini termasuk hemat apabila dipakai secara sopan. Tetapi bila digeber-geber, motor ini termasuk boros. Ketika saya sumori ke alam sutra, konsumsi bbm jauh lebih boros. Mengingat motor sering digeber di atas 100 kmph dan gas sering dibejek. No suprise there.

Untuk cornering, saya merasa Ninja 250 masih lebih baik, mengingat motor ini lebih berat dari CBR250R. Terasa lebih stabil untuk postur ane. Sedang untuk meliak-liuk di lalu lintas, CBR250R masih terasa lebih baik. IMHO. R25 ? No comment. Belum pernah nyobain lama. So i cannot tell.

cbr250r-cornering-riding-fast-out

Top Speed Honda CBR 250R
Oh ya. Top speed yang pernah saya raih adalah di kisaran 140 150 kmph, sebelum jalanan sudah tidak memungkinkan. Motor ini sebenar-nya bisa lari setidaknya 160 kmph (berdasarkan pengakuan pengguna CBR250R lain-nya dan dari video-video di youtube). Mungkin saya bisa mencapai kecepatan segitu setelah saya diet dahulu. 🙁

Di kelas motor “premium”, biasa-nya orang mencari sesuatu yang lebih dari hanya sebuah motor untuk commuting. Dan motor 2 silinder memang memberikan sensasi lebih.

Soal suara, jelas 2 silinder menawarkan suara yang gahar. Sedang CBR250R, memiliki karakter suara yang lembut tapi tegas ketika RPM menyentuh 5000 di gigi 3 atau 4.

cbr250r_07


Satu lagi nggak enaknya, apabila kita ingin parkir di lobby atau parkiran khusus 250cc ke atas, kadang motor ini suka dikira Honda CBR150R. Secara 2 motor ini sama persis penampilan luar-nya. saya sampai nunjuk-nunjuk stiker Honda CBR250R biar diperbolehkan.

Epilogue
Semua motor memiliki karakter-nya masing-masing. Honda CBR250R dengan segala kelebihan dan kekurangan diatas, lebih klop untuk dipakai commuting.

Sedang Kawasaki Ninja 250 atau Yamaha R25 lebih cocok untuk anda yang doyan ngebut dan ingin sensasi lebih (alias bosan dengan 1 silinder).

Gerombolan (relatif) sopan.

Motor 250cc itu kencang, berat, dan lebih bertenaga. Apabila gaya riding kita masih asal-asalan, ugal-ugalan, dan seruntulan, ada baiknya mengintrospeksi diri ketika menunggangi 250cc. You gotta respect the bike power.

In the end, you can’t go wrong choosing any 250cc bikes. Each have its pros and cons. It’s up to you to choose. This is just my humble opinion as Honda CBR250R owner.

Baca Juga:
CBR250R. 25000 Kilometer Kemudian
Beberapa Masalah CBR 250R
Service Besar Honda CBR250R. Biaya Dan Rincian-Nya
Gear 14:39 + Total Perfomance 92 = Ajib
Review: Michelin Pilot Street Radial Di CBR250R
Komparasi Visual CBR250RR Dengan CBR250R

Share
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments